14 Januari 2017
Namanya adalah Marwan Ardhani. Aku memanggilnya sayang. Dia memang tak rupawan, namun dia dapat meluluhkan aku.
Sebelum berpulang, Ayah sempat ngomong sama aku "Nak, nanti kalau kamu cari pasangan hidup yang seiman ya, yang betanggung jawab dan yang sayang sama kamu, seperti Ayah sayang sama kamu". Itu pesan penting dari Ayah yang selalu aku ingat. Terus Ayah juga pernah bilang, " Nanti kalau seandainya kamu dapat yang tidak seiman, dan kamu ikut ke dalam ajarannya, terus nikahmu tidak di gereja, Ayah tidak akan pernah merestui hubungan kalian. Ayah tidak akan datang ke pesta pernikahan kalian."
Iya, intinya Ayah tidak mau aku salah pilih dan pilihanku tidak di dalam Tuhan. Sampai sekarang aku hanya ingat apa kata Ayah. Apalagi semenjak Ayah pergi, meninggalkan aku yang mulai menghadapi kenyataan hidup di dunia yang pahit. Sedih rasanya, bagiku Ayah pergi terlalu cepat. Cepat sekali, sebelum aku menyandang gelar sarjanaku.
Aku tidak tahu harus berbagi cerita dengan siapa. Banyak yang bilang, ayo bangkit Ruth! Ayahmu melihatmu dari sana. Ikhlaskan saja, beliau sudah tenang bersama Tuhan Yesus di Surga. Memang, kata-kata tersebut menghiburku namun belum dapat membuatku untuk bersemangat menjalani hari-hariku tanpa kehadiran seorang Ayah. Ayah memang sangatlah berarti bagiku.
Aku begitu tersiksa setelah hal-hal pahit yang beruntun terjadi semenjak Ayah pergi. Mulai dari banjir di kampungku, hilangnya laptop di rumahku sendiri, dan hilangnya semangat hidupku. Namun, ada hal lain yang mengalihkan kepedihanku ini. Ya, tepat lima bulan sudah Ayahku pergi meninggalkanku. Hari itu, Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang lelaki yang begitu mempesonakanku. Bagiku, dia begitu indah. Baru kali ini aku bertemu dengan seorang yang berbeda, seseorang yang baru aku kenal dan baru aku temui ini seperti aku sudah mengenalnya sangat lama. Aku tidak tahu mengapa aku bisa merasa sedemikian rupa.
Ini wajah seorang lelaki yang baru kali ini aku temui dan aku kenal. Rupawan bukan?
Tidak membutuhkan banyak waktu bagiku untuk mengenalnya lebih dalam lagi. Mungkin bagi banyak orang 2 bulan memanglah waktu yang sangat singkat untuk mengenal orang baru dalam hidupnya. Akan tetapi, tidak bagiku. Entah mengapa, aku tidak perlu banyak waktu untuk mengenalnya. 2 bulan sudah aku rasa cukup, dan aku ingin menjalin hubungan yang serius dengannya. Iya, dengan dia, lelaki yang aku cintai saat ini. Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini, aku tidak pernah menemukan lelaki yang begitu menyayangiku. Kasih sayang yang aku rasakan darinya, begitu tulus sampai ke dalam jiwaku.
Ayah, apakah ini yang Ayah maksud? Dia adalah seorang laki-laki seperti yang Ayah katakan dahulu. Dia seiman, bertanggung jawab, dan sayang kepadaku, sama seperti Ayah sayang sama aku. Akan tetapi tetap, dia tidak akan pernah menggantikan kasih sayang yang Ayah berikan kepadaku. Karena memang kasih sayang Ayah tidak akan pernah tergantikan oleh apapun dan siapapun. Dia juga setia Yah. Dia ada saat aku lagi sakit, dia menghiburku saat aku lagi sedih teringat Ayah. Dia tidak ingin melihatku menangis Ayah, sama seperti Ayah yang dulu pernah mengatakan, "air mata kamu terlalu mahal untuk dijatuhkan, nak." Dia sedih saat aku juga sedih, sama kayak pas Ayah marah pas aku juga sedang marah.
Ayah, aku menemukan Ayah di dalam dirinya. Dia berjuang untuk aku, Ayah. Iya, sama seperti Ayah yang dulu berjuang untuk mendapatkan ibu. Ayah tahu, dia adalah seorang laki-laki pertama yang pernah kasih aku kejutan di tengah malam pergantian umurku. Dia romantis, sama romantisnya kayak Ayah. Ayah dulu juga romantis kata ibu, Ayah kan pernah cari ibu sampai ke tengah kota padahal ibu lagi di rumah, main hujan-hujanan lagi. Dia juga pernah Yah, nungguin aku di kampus dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore lho, hujan-hujan dia tidak mau pulang demi bertemu dengan aku. Romantis kan? Sama, Ayah juga romantis.
Ini lho Ayah. Coba lihat, dia punya mata panda pas lagi kasih kejutan di hari spesialku. Dia melawan rasa kantuknya untuk aku, Ayah. Romantis ya?
Ayah, selama hampir 18 tahun aku hidup bersamamu, hanya Ayah satu-satunya yang menjadi cinta dalam hidupku. Cinta pertamaku itu adalah Ayah. Bahkan sampai sekarang pun, setelah Ayah pergi, cinta itu tidak akan pernah pergi. Saat aku masih bersama-sama dengan Ayah, tidak ada cinta yang aku dapat dari lelaki lain selain darimu Ayah. Baru kali ini, aku mendapatkannya. Aku tidak tahu pasti apa sebenarnya rencana Tuhan untuk hidupku, namun yang aku tahu pasti rencanaNya indah untuk aku.
Terakhir sebelum aku menutup tulisanku ini, aku ingin bertanya kepada Ayah. Ayah, apakah setelah Ayah mendengar ceritaku ini, Ayah mau aku berpisah dengan orang yang seperti itu? Orang yang mencintai aku, seiman, bertanggung jawab dan sayang sama aku sama seperti Ayah sayang sama aku? Aku tunggu jawaban Ayah, di buku diaryku besok pagi.
Hanya Tuhan Yesus dan Ayah yang dapat dan bisa mengerti aku dan perasaanku.
Terimakasih Tuhan Yesus.
Terimakasih Ayah.
Salam dari anakMu dan anakmu.
Rutyana Epifania

